Pages

Senin, 04 Februari 2013

RAYAP PEMBERITAHU WAFATNYA SANG RAJA



RAYAP PEMBERITAHU WAFATNYA SANG RAJA
Dirilis oleh: Yasri Azmi, S. Th.I

Allah swt. adalah pencipta. Selainnya, mulai dari para malaikat hingga rayap, adalah makhluq. Diantara mereka ada yang mulia, seperti malaikat. Ada yang agung yaitu manusia dan ada yang bersahaja, seperti rayap. Ia adalah makhluq sederhana, lemah dan rendah hati. Sehingga tiupan kecil saja dari mulut manusia akan menerbangkannya.
Sulaiman adalah satusatunya manusia terkenal dan terkaya di muka bumi pada zamannya, sehingga ia dapat membuat dinding dan atap tempat ibadahnya dari kayu yang mahal dan ditutup lapisan emas. Rayap selalu memimpikan bila tiba saatnya Raja Salaiman mengundang untuk menghadiri perta besar dengan hidangan kayu-kayu yang manis itu. Tapi itu mustahil karena setiap kayu di istananya berlapis emas dan perak.
Suatu hari seekor rayap tebang bersama ribuan bangsa rayap lainnya. Tiba-tiba ia terjatuh karena salah satu sayapnya patah. Ia tidak tahu telah terdampar di istana Raja Sulaiman, lalu ia berjalan ke arah mihrab Sulaiman. Kepalanya terasa semakin pusing tatkala menyaksikan keagungan istana Sulaiman yang dianugrahkan Allah SWT. Lantainya terbuat buat dari marmer paulam yang ditutupi permadani yang berwana-warni. Dindingnya kristal berkilau dan perabotnya berbuat dari emas.
Saat Raja yang agung duduk di atas kursi dan menyandarkan dagunya ke tongkat yang dipegangnya. Tidak ada seorangpun yang berani mengusik kekhusukannya, sampai ia selesai beribadah. Beberapa kisah menceritakan bahwa ia seolah-olah sedang menunggu dan memperhatikan pasukan jin dan bala tentara manusia yang sedang sibuk bergotong-royong menyelesaikan pendirian Masjid Aqsha. Tak seorangpun tahu bahwa Raja Sulaiman telah dijemput malaikat Izrail as., karena sedikitpun jasatnya tidak berbau dan matanya tidak terpejam. Tidak pula bangsa jin yang dipercaya manuisa sebagai makhluq yang ahli ilmu ghaib. Mereka tetap sebagaimana biasa mengawal Raja dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Setelah bangunan masjid selesai barulah ia timbang karena tongkatnya dimakan rayap.
Sang rayap mengisahkan bahwa saat ia mendekati Raja Sulaiman. Dengan lembut ia menyapa, “Salam sejatera bagimu wahai Raja Sulaiman yang bijaksana. Tuanku, ma’afkan aku yang terdampar di istanamu tanpa sengaja. Sayapku patah sedang aku dalam kelaparan. Mohon engkau tunjukkan aku jalan keluar, aku akan menjauhimu biar aku tidak mengganggu”.
Sulaiman tidak menjawab. Kemudian rayap mengulangi salamnya dengan suara yang lebih keras, “Namun Sulaiman tetap diam. Rayap lebih mendekat dan memperhatikan wajahnya yang disegani, tampan dan agung. Kedua matanya terbuka sambil memandang ke arah bawah tanpa berkedip.
Rayap berkata pada dirinya sendiri, “Barangkali ia sedang khusuk berdzikir”. Rayap berdiri tenang, sedang waktu terus berlalu. Namun sang raja tak kunjung bergerak. Rayap mendekat kearah tongkat  yang harum dan merangkak menaikinya dengan hati-hati. Setelah mendekati wajah beliau, rayap kembali bermohon dengan suara yang lemah, “Tuanku Raja Sulaiman, aku lapar. Telah tiba waktu makanku. Di ruangan ini tidak ada sepotong kayupun kecuali tongkatmu yang kau gunakan untuk bersandar. Apa yang harus aku lakukan?”
Sulaiman tidak menjawab. Lalu sang rayap membisikkan ketelinganya sambil mengulangi permintaannya yang baru itu ; bahwa tongkat untuk raja bersandar adalah satu-satunya makanannya. Malam telah berlalu dan pagi kembali datang sampai beberapa masa berlalu, namun sang raja yang agung dan seorang nabi yang mulia tidak kunjung berobah dari posisinya. Akhirnya si rayap berpirasat curiga dan segera hinggap di depan bibirnya yang telah mulai memutih. Dirasakannya bahwa tidak setikitpun udara yang lalu-lalang lewat hidungnya. Rayap telah paham atas sholat yang panjang yang dilakukan oleh ruh seorang Nabi yang suci.
“Bagimu shalawat salam, wahai Nabi yang mulia. Engkau dalam keadaan baik ketika hidup dan setelah kematian. Engkau telah wafat dan masjidmu telah terbangun dengan megah. Tak seorangpun tahu. Engkau telah menjadi perantara antara aku dan Tuhanku dalam mendapatkan rezeki dan sungguh aku juga akan menjadi perantara antara engkau dan kaummu untuk memberitahu mereka atas kematianmu” ; do’a panjang si rayap itu dilantunkan sambil melahap tongkat Nabi Sulaiman. Hingga penyanggah badan yang berat itu menyusut. Barulah seluruh penghuni kerajaan gempar setelah Sang Raja tersungkur.
Sang rayap telah berjasa mengungkap bahwa jin tidak mengetahui hal yang ghaib. Hari itu si Rayap ditaqdirkan untuk menjadi satu-satunya makhluq yang membongkar kebodohan manusia yang mengagung-agungkan kekuatan dan pengetahuan jin tentang ilmu ghaib”. Karena sesungguhnya; tidak ada yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah; bukan jin, manusia, para nabi, para wali atau malaikat.
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (Q.S. Saba: 14)
Fa’tabiruu...           (Padang, 1 Januari 2008)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More